07 October, 2007

Fenomena 17-an

Tanggal 17 Agustus 2007 negara Indonesia memperingati hari kemerdekaan bangsa yang ke-62 tahun. Layaknya peringatan hari kemerdekaan bangsa-bangsa lain di dunia, peringatan 17 Agustus di Indonesia ditandai dengan pengibaran bendera merah putih yang dimulai sejak tanggal 14 Agustus. Bendera merah putih adalah lambang kedaulatan bangsa Indonesia yang pertama kali dijahit oleh Ibu Fatmawati, istri Presiden I Republik Indonesia Ir. Soekarno, 62 tahun silam. Kemerdekaan yang diperoleh melalui perjuangan dan pertaruhan jiwa dan raga deperingati dengan sangat meriah oleh seluruh lapisan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Begitu pula di SMA Negeri 11 Surabaya. Perayaan 17 Agustus dimulai dari hari Senin, 13 Agustus 2007. Hingga seminggu ke depan banyak lomba yang diselenggarakan panitia 17-an diantaranya, story telling, sepak bola antar kelas, tadisional game hingga vocal group. Kemeriahan begitu terlihat dari antusiasme para siswa dalam mengikuti perlombaan. Hal yang serupa juga terjadi di berbagai tempat di Surabaya, anemo masyarakat untuk memeriahkan hari istimewa itu sangat besar.
Namun dibalik semua kemeriahan itu, ada banyak hal yang perlu dibenahi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Kemiskinan, pendidikan, kesehatan, krisis ekonomi, bahkan korupsi masih menjadi masalah yang harus diatasi. Para pahlawan memperjuangkan kemerdekaan bukan hanya untuk diperingati dengan berbagai perayaan, tapi juga untuk diisi dengan hal-hal bermanfaat yang dapat membenahi keadaan bangsa.
Ada satu opini menarik yang saya ketahui dari pemberitaan di televisi mengenai upacara pengibaran bendera di Istana Negara tanggal 17 Agustus yang lalu., bahwa para pejabat Negara yang hadir selayaknya mengenakan pakaian dengan atribut yang sederhana. Hampir sebagian besar, bahkan mungkin seluruh undangan yang hadir rela mengeluarkan beratus-ratus ribu bahkan berjuta uangnya hanya demi pakaian yang dikenakan saat itu. Hal ini bertolak belakang sekali dengan realita yang terjadi di masyarakat. Lihat saja Gepeng dan anak-anak jalanan, jangankan untuk membeli pakaian, hanya untuk makan sehari-hari saja mereka harus memeras keringat dengan bekerja keras sepanjang hari. Memang tidak ada peraturan pemerintah yang melarang ataupun mengenakan sanksi untuk penggunaan pakaian mewah, namun bila dibandingkan dengan keadaan bangsa Indonesia secara umum sangatlah tidak setimbang. Alangkah bijaksananya bila mereka hadir dengan mengenakan pakaian sederhana namun dibaluti dengan jiwa nasionalisme yang tinggi. Hal ini diharapkan akan membuat suasana 17 Agustus menjadi lebih indah karena para pejabat yang menjadi figur rakyat memperlihatkan kesederhanaan mereka di depan masyarakat untuk diteladani
Menurut saya, yang terpenting dalam peringatan kemerdekaan Indonesia bukanlah berapa harga yang kita bayar untuk membuatnya menjadi meriah tapi hal apa yang harus kita perbuat untuk mengisinya dengan kebaikan.